Loading...
24 Nov 2014

Optimalisasi Kandungan Total Lipid Chlorella vulgaris Dengan Aerasi C02





Optimalisasi Kandungan Total Lipid Chlorella vulgaris Dengan Aerasi CO2.

Ivend Umbu Jawa, Puji Norbawa, Ervia Yudiati, Ali Ridho*)
*)Jurusan Ilmu Kelautan Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan
Universitas Diponegoro
Jl. Prof. Sudarto, SH, Tembalang, Semarang, Jawa Tengah
Email : vendrocky@gmail.com
ABSTRAK

Pemanasan suhu bumi (global warming) telah terjadi, khususnya sejak 2 dekade terakhir, dan dampak negatifnya berupa cuaca ekstrem, kemarau panjang, banjir, sea level rise telah mengakibatkan kerusakan lingkungan dan kerugian ekonomi. Peningkatan emisi CO2 di atmosfer diduga menjadi penyebab utama terjadinya global warming. Mikroalga sebagai produsen primer memerlukan CO2 dalam jumlah besar dalam proses fotosintesanya, sehingga berpotensi besar mampu menyerap dan mensintesis unsur karbon tersebut. Kajian kemampuan Chlorella vulagris dalam produksi total lipid dan tingkat keberhasilannya diharapkan akan lebih efektif dengan penambahan aerasi CO2. Penelitian ini menggunakan masing-masing satu liter kultur murni C. vulgaris yang diperkaya dengan media Walne. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah  Rancangan Acak Lengkap dengan 4 perlakuan yaitu aerasi karbondioksida (CO2) selama 2 menit, 4 menit, 6 menit, dan 8 menit, serta Kontrol (tanpa aerasi). Pengulangan dilakukan sebanyak tiga kali. Penghitungan kepadatan sel dilakukan setiap hari dan pada fase eksponensial akhir, dilakukan pemanenan dan penimbangan biomassa dan dianalisis total lipidnya. Parameter kualitas air yaitu DO, CO2, alkalinitas, pH dan salinitas diukur setiap hari. Data dianalisis secara statistik dengan Anova satu arah. Rerata total lipid yang dihasilkan pada Kontrol, perlakuan aerasi 2 menit, 4 menit, 6 menit dan 8 menit masing-masing adalah 11,41%, 22,09%, 3,04%, 63,46%, 51,03%. Peningkatan total lipid pada perlakuan dengan aerasi terbukti secara signifikan (p>0,01) mampu meningkatkan kadar total lipid apabila dibandingkan dengan Kontrol. Mikroalga Chlorella vulgaris berpotensi sebagai biodegradator CO2 sekaligus kandidat biodiesel.

Kata kunci : Chlorella vulgaris, Total lipid, Aerasi CO2.














ABSTRACT


            Global warming has been developed since two decades and this lead to stimulate the environmentally and economically bad impact due to extreme climate, dry season, floods and sea level rise. The augmentation of CO2 content in the atmosphere were strongly caused the global warming. Microalgae as a primary producer needs high concentration of CO2 in their photosyntethic system. The study of the performance of Chlorella vulgaris to produce the total lipid by CO2 aeration was done. This research were conducted in one litre pure culture of C. vulgaris which enriched with Walne medium. Completely Randomized Design with four treatments i.e. 2, 4, 6 and 8 minutes aeration and Controle without aeration were done. Each treatment was replicated in three times. The cell density measurements was done every day. Water quality parameters i.e. DO, CO2 ,alkalinity, pH and salinity were monitored every day.In late exponential phase, the microalgae were harvested and total biomass were weighed. The total lipid was also analyzed. The data were analysed statistically with one way anova. The average of total lipid content of Controle, 2, 4, 6 and 8 minutes aeration were 11,41%, 22,09%, 3,04%, 63,46% and 51,03%, respectively. The content of total lipid in aerated treatments were proven significantly higher (p>0,01) compared to the Controle. This indicates that C. vulgaris is high potential as a CO2 biodegradator as well as a biodiesel candidate.

Keywords : Chlorella vulgaris, Total lipid, CO2 aeration.




I. PENDAHULUAN

            Kadar karbondioksida di atmosfer semakin hari semakin meningkat. Kadar karbondioksida yang melebihi ambang batas toleransi di atmosfer ini diindikasikan sebagai penyebab utama perubahan iklim yang banyak menyebabkan kerugian diberbagai bidang. Pengurangan CO2 dengan memanfaatkan proses fotosintesis merupakan salah satu solusi yang dapat diaplikasikan. Mikroalga merupakan  makhluk dengan ukuran mikroskopis yang  hidup di air tawar maupun laut yang  banyak memanfaatkan CO2 sebagai proses fotosintesis. Proses fotosintesis mikroalga lebih efektif daripada tanaman terestrial dan diharapkan sebagai solusi dari pemanasan global (Brown dan Zeiler, 1993).
            Selain dapat digunakan sebagai biodegradator kadar karbondioksida, beberapa jenis mikroalga juga mempunyai potensi untuk dijadikan sebagai sumber energi terbarukan. Hal ini menyebabkan mikroalga sebagai sumber energi terbarukan yang ramah lingkungan karena selain dapat digunakan sebagai sumber energi juga dapat digunakan untuk memperbaiki kualitas udara. Lipid mikroalga mempunyai struktur kimia yang sama dengan minyak tumbuhan darat dan telah diusulkan sebagai sumber biodiesel (Chisti, 2007). Minyak mikroalga paling tinggi terakumulasi sebagai trigliserida yang dapat diubah menjadi biodiesel (Zhang et al, 2003).
            Chlorella merupakan mikroalgae yang berpotensi untuk dibudidayakan baik sebagai pakan alami di bidang perikanan maupun sebagai sumber energi alternatif baru (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995). Organisme fotosintesis mikroskopik ini dapat tumbuh cepat, sehingga memungkinkan dapat dipanen dalam beberapa hari, hal inilah yang tidak dapat dilakukan pada sayuran atau gandum (Danielo, 2005). Indonesia mempunyai perairan dangkal yang luas dengan sinar matahari yang cukup sepanjang tahun, sehingga sangat besar kemungkinanya untuk membudidayakan alga.


2. BAHAN DAN METODE
2.1. Kultur Mikroalga

Bibit Chlorella vulgaris dari liter yang diperoleh dari Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara sebanyak 2 diperbanyak dengan cara kultur bertingkat. Kultur bertingkat  dilakukan dengan cara menambahkan 2 liter stok murni (1/3 bagian) ke dalam 4 liter (2/3 bagian)  media air laut dengan salinitas 30 ppt yang telah ditambahkan pupuk Walne 6 ml (konsentrasi 1ml/L). Proses kultur tersebut akan menghasilkan stock murni 6 liter. Selanjutnya dilakukan penanaman pada erlenmeyer dengan volume 1 L dengan kepadatan awal sekitar 150 x 104 ml/sel. Kultur Chlorella vulgaris dilakukan dalam suhu 18-20oC dan pencahayaan (2750 lux selama 24 jam/hari)  pada ruang yang stabil.


2.2. Aerasi Karbondioksida (CO2)

Aerasi karbondioksida (CO2) dilakukan setiap hari hingga waktu panen. Setiap perlakukan diaerasi dengan waktu  yang berbeda masing – masing 2 menit, 4 menit, 6 menit, 8 menit. Sedangkakan pada kontrol tidak dilakukan pemberian aerasi CO2. Dalam penelitian ini menggunakan metode rancangan acak lengkap dengan menggunakan tiga pengulangan.
Setelah dilakukan aerasi karbondioksida (CO2) kemudian dilakukan penghitungan karbondioksida (CO2) terlarut dengan metode titrimetri. Titrasi dilakukan dengan menggunakan larutan Na2CO3 0,0454 N. Pembuatan larutan titran dengan cara menimbang Na2CO3 sebanyak 2,407 gr dan dilarutkan dalam 1L aguades. Konsentrasi karbondioksida (CO2) yang terlarut dihitung dengan menggunakan rumus APHA, AWWA (1978):

    Konsentrasi CO2 terlarut = (V Na2CO3x N Na2CO3x 22000)/ volume sampel

 
 





2.3. Pengamaan kepadatan dan parameter

Penghitungan kepadatan dilakukan setiap hari dengan menggunakan haemacytometer.  Penghitungan kepadatan dilakukan hingga fase stasioner awal. Pada fase stasioner awal  kepadatan mulai berkurang karena media dalam kultur mulai kekurangan nutrien. Akumulasi lipid terbesar terdapat pada fase stasioner awal (Chiu et al, 2009). Kepadatan sel alga diplotkan dalam kurva logaritmik dan laju tumbuh dari masing-masing perlakuan dihitung dengan rumus laju pertumbuhan (Panggabean, 2011).
Pengamatan parameter meliputi pengukuran salinitas, pH, DO, suhu dan kadar CO2 dilakukan dengan menggunakan refraktometer, ph meter, termometer dan pengamatan CO2 menggunakan metode titrasi. Pengamatan kadar CO2 dilakukan setelah 10 menit dari waktu aerasi CO2. Kemudian dilanjutkan dengan pengukukan salinitas, ph, DO dan suhu.

2.4. Analisa lipid mikroalga Chlorella vulgaris

 Ekstraksi lipid yang akan dilakukan merupakan modifikasi dari metode Bligh and Dyer (1965) serta penggabungan proses fisika dan kimia. Metode osmotik dilakukan dengan cara maserasi biomassa kering dengan menggunakan metanol sebanyak 60 ml. Maserasi dilakukan pada suhu 400 celcius selama 2 jam. Perlakuan secara mekanik ditambahkan dengan melakukan stirring selama 10 menit. Kemudian ditambahkan N-hexan sebanyak 60 ml berfungsi sebagai pelarut non polar. Proses selanjutnya adalah pemisahan fraksi metanol dan n- heksan dengan menggunakan corong pisah. Setelah di dapatkan fraksi n – heksan dilakukan proses soxhletasi untuk mendapatkan lipid.


3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Respon pertumbuhan dan produksi total lipid Chlorella vulgaris dengan perlakuan aerasi CO2

            Setiap spesis mikroalga mempunyai respon pertumbuhan yang berbeda terhadap pemberian perlakuan aerasi CO2. Hal itu disebakan karena setiap mikroalga mempunyai kemampuan yang berbeda dalam biofixasasi karbondioksida dan mengkonversinya menjadi energi. Pada penelitian ini menunjukkan hasil bahwa pemberian aerasi karbondioksida pada mikroalga Chlorella vulgaris memberikan pengaruh positif pada pertumbuhan mikroalga. Respon pertumbuhan Chlorella vulgaris  dengan aerasi CO2 diperlihatkan pada gambar 1.


Gambar 1. Pertumbuhan Chlorella vulgaris dengan waktu aerasi CO2 yang berbeda selama 10 hari pemeliharaan.
            Pada grafik menunjukkan bahwa kontrol mempunyai kepadatan dan laju pertumbuhan yang lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan. Sementara pada pemberian aerasi CO2 selama 2 menit setiap harinya menunjukkan kepadatan tertinggi. Pada perlakuan pemberian aerasi selama 2 menit menunjukkan kepadatan puncak yaitu 1.078 x 104 sel/ml dan terjadi pada hari ke-9 setelah waktu kultur. Sementara pada kontrol menunjukkan laju pertumbuhan paling rendah yaitu 788 x 104 sel/ml. Sedangkan pada perlakuan pemberian aerasi selama 4 menit, 6 menit dan 8 menit masing – masing menunjukkan puncak kepadatan yaitu 928 x 104 sel/ ml, 935 x 104 sel/ml dan 960 x 104 sel/ml. Pola pertumbuhan tersebut hampir sama dengan pola pertumbuhan mikroalga Nannochloropsis oculata. Pada Nannochloropsis oculata pemberian aerasi selama 1 menit, 2 menit dan 3 menit mampu meningkatkan  kepadatan secara bertahap, namun terjadi penurunan kepadatan secara drastis pada pemberian aerasi selama 4 menit (Norbawa et al, 2012). Kemampuan biofiksasi CO2 oleh mikroalga bersifat spesifik menurut jenis alganya. Sesuai dengan hasil perlakuan variasi CO2 (0,05%, 2%, 5% dan 10%) pada strain air tawar Chlorella vulgaris (Chrismadha et al, 2006). Pada Chlorella sp. KR-1 laju tumbuhnya paling tinggi oleh penambahan 10% CO2 secara kontinyu dan strain tersebut masih dapat tumbuh dengan pemberian 70% CO2 (Sung et al., 1999). Chlorella sp. T-1 mempunyai toleransi lebih tinggi terhadap CO2, yaitu sebesar 15% (Maeda et al., 1995). Chlorella sp. yang diinjeksi secara kontinyu sebesar 5% dapat meningkatkan laju pertumbuhan dan  disisi lain Chlorella sp. pada sistim interval dan kontrol mengalami fase lag yang panjang (Panggabean, 2011)


Gambar 2. Berat basah dan berat kering Chlorella vulgaris setelah pemanenan pada hari ke 10.

            Dari diagram diatas bisa kita lihat ternyata pemberian injeksi CO2 selama 4 menit berat basahnya lebih tinggi dibandingkakan kontrol dan perlakuan lainnya. Pada perlakuan aerasi CO2 selama 4 menit berat basah mencapai 1891 mg atau 70,6%. Sedangkan berat basah terkecil ada pada kontrol dengan berat basah 1208,3 mg. Sementara perlakuan aerasi CO2 pada 2 menit, 6 menit, 8 menit masing – masing  mencapai 1875,3mg ( 69,2% ); 1760,3 mg (58,8%); 1650mg ( 38,9%). Hal ini dikarenakan jumlah air yang lebih banyak pada perlakuan aerasi CO2 4 menit, yang menyebabkan berat basahnya lebih tinggi.
            Gambar 2 juga  menunjukan perlakuan pemberian aerasi CO2 selama 2 menit memiliki berat kering yang lebih tinggi dibandingkan kontrol dan perlakuan lainnya. Pada pemberian aerasi CO2 selama 2 menit berat kering mencapai 298,7 mg ( 96% ). Jumlah berat kering  terkecil tetap pada kontrol yaitu 152,3 mg. Sementara berat kering pada perlakuan 4 menit, 6 menit, 8 menit berturut –turut hanya mencapai 243,7 mg ( 59,9% ); 219,3 mg (43,9%); 224,7 mg (47,5%). Hasil ini menunjukan tingginya berat basah pada perlakuan 4 menit sangat dimungkinkan adanya jumlah air yang lebih banyak dibandingkan perlakuan lainnya, karena ternyata hasil pengukuran berat kering masih didominasi oleh perlakuan aerasi CO2 selama 2 menit.



Gambar 3. Berat Kering dan berat lipid Clorella vulgaris pada pemberian lama aerasi CO2 yang berbeda




Gambar 4. Total lipid Chlorella vulgaris dengan perlakuan pemberian lama aerasi CO2 yang berbeda
                    

Berdasarkan hasil analisa anova terbukti peningkatan total lipid pada perlakuan dengan aerasi terbukti secara highly signifikan (p>0,01). Lipid tertinggi untuk mikroalga jenis Chlorella vulgaris ternyata ada pada pemberian perlakuan aerasi CO2 selama 6 menit dengan berat minyak 138,67 mg atau 63,5% lipid. Jumlah lipid terkecil ada pada perlakuan aerasi CO2 selama 4 menit dengan berat minyak 7,3 mg atau 3% lipid. Berturut – turut perlakuan aerasi CO2 selama 8 menit, 2 menit, dan kontrol mempunyai berat minyak 114,7 mg (51% lipid); 64,3 ( 22% lipid ); 17 mg (11,4% lipid). Grafik pada gambar 4 menunjukan perlakuan aerasi selama 6 menit mempunyai total lipid tertinggi, diikuti perlakuan 8 menit, 2 menit, kontrol, dan terendah perlakuan aerasi selama 4 menit. Pada pemberian aerasi selama 4 menit justru terjadi penurunan produksi total lipid. Kondisi ini dimungkinkan karena pada kondisi pemberian aerasi CO2 selama 4 menit Chlorella vulgaris lebih banyak memproduksi karbohidrat dan protein yang sehingga perkembangan sel untuk melakukan pembelahan terjadi lebih lebih cepat. Rendahnya kadar lipid mungkin berkaitan dengan aktifitas sintesa protein sel alga (Panggabean, 2011). Hal ini sesuai dengan pendapat Chinnasamy et al. (2009) yang menyatakan bahwa penambahan CO2 meningkatkan sintesa protein dan karbohidrat, tetapi menurunkan kadar lipid pada sel. Hasil penelitian Norbawa et al (2012) juga menyatakan bahwa aerasi CO2 selama 3 menit pada mikroalga N. Oculata justru mengalami penurunan lipid yang drastis sedangkan pada aerasi selama 4 menit terbukti meningkatkan lipid secara signifikan.
Pada penelitian ini kualitas air cukup terkontrol. Pemberian aerasi CO2 memberikan pengaruh pada pH yang fluktuatif. Kisaran kualitas air dalam kultur yaitu pH  di kisaran (5,2 – 8,2), salinitas (33 -35), DO ( 8,6 – 9,6 ).


KESIMPULAN.

            Hasil eksperimen menunjukan bahwa biakan Chlorella vulgaris dengan pemberian perlakuan aerasi CO2 selama 6 menit mempunyai total lipid lebih tinggi yaitu sebesar 63,5%  dibandingkan perlakuan aerasi CO2 (2 menit, 4 menit,  8 menit), dan control yang masing – masing mempunyai total lipid sebesar 22%, 3%, 51%, 11,4%.
.

















DAFTAR PUSTAKA

Apha,AWWA.1978. Standard Metode for the Examination of water and waste water. Fourteenes Edition. Washington, DC 20036.1193 pp.

Bligh, E.G. & W.J. Dryer. 1959. A rapid method of total lipid extraction and purification. Can.J.Biochem.Pysiol.,37:911-917

Brown, L.M., Zeiler, K.G., 1993. Aquatic biomass and carbon dioxide trapping. Energy Conv. Manag. 34, 1005–1013.

Chisti, Y., 2007. Biodiesel from microalgae. Biotechnol. Adv. 25, 294–306
Chisti, Y., 2008. Biodiesel from microalgae beats bioethanol. Trends Biotechnol. 26, 126–131.

Chiu, S. Y, Y. K. Chien, T.T. Ming, C.O. Seow, H.C. Chiun, dan S.L. Chih. 2009. Lipid Accumulation and CO2 Utilization of Nannochloropsis oculata in Response to CO2 Aeration, Bioresource Tech. 100: 833-838.

Chrismadha,T., Y. Mardiah & D. Hardiansyah. 2006. Respon fitoplankton terhadap peningkatan konsentrasi karbon dioksida udara. Limnotek, XIII(1):1-8.

Maeda, K., M. Owada, N. Kimura, K.Omata & I. Karube. 1995. CO2 fixation from the flue gas on coal-fired thermal power plant by microalgae. Energy.convers.Mgmt., 36(6-9):717-720.

Norbawa.P, E.Yudiati dan A.Okfan. 2012. Kajian Penambahan Karbondioksida (CO2) sebagai Optimasi Produksi Total Lipid pada Mikroalga Nannochloropsis oculata. Prosiding bioteknologi kelautan 2012

Panggabean, L.M.G.2011. Fiksasi Karbondioksida pada Mikroalga Chlorella sp., strain Ancol dan Nannochloropsis oculata.. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia  37(2): 309-321

Sung, K.D., J.S. Lee, C.S. Shin, S.C.Park & M.J. Choi. 1999. CO2 fixation by Chlorella sp. KR-1 and its cultural characteristics. Biores.Technol., 68:269-273.

Zhang, Y., DubĂ©, M.A., McLean, D.D., Kates, M., 2003. Biodiesel production from waste cooking oil. 1. Process design and technological assessment. Bioresour. Technol. 89, 1–16.




0 comment:

Posting Komentar

 
TOP