Loading...
29 Okt 2014

The Effect of Total Lipid, Protein, Reducing Sugar, Phycocyanin and Chlorophyll Content on CO2 Aeration in Spirulina platensis Culture

The Effect of Total Lipid, Protein, Reducing Sugar, Phycocyanin and Chlorophyll Content on CO2 Aeration in Spirulina platensis Culture

Puji Norbawa, Nurul Mafrihah, Syarif Hidayatullah and Ervia Yudiati*)
*) Marine Station Teluk Awur Jepara, Department of Marine Sciences, Faculty of Fisheries and Marine Sciences, Diponegoro University, Semarang.
Author in correspondence::eyudiati@gmail.com

Abstract
The global warming phenomenon in these two decades is highly contributed by the CO2emissionin the atmosphere. Microalgae as a primary producer needs a high CO2 concentration to absorbe and synthesize it in their photosynthetic system. The aim of this research was to analyse the total lipid, protein, reducing sugar as well as phycocyanin and chloropyhll contents in Spirulina platensis culture by CO2 aeration. This research was conducted in 10 liters S. platensis culture enriched by Walne medium.The trial were designed experimentally laboratory in four treatments i.e. 10, 20, 30 and 40 minutes of CO2 aeration and one treatment as a Controle (without CO2 aeration). Each treatment was replicated in three times. The cell density was counted every day. In the late of exponential phase, the algae was harvested.The total lipid, protein, reducing sugar, phycocyanin and chlorophyll were then analyzed. The data was analyzed descriptively. The results showed that high CO2 aeration decreased the protein and phycocyanin level. In contrast, high CO2 aeration enhanced the total lipid content. Furthermore, the reducing sugar and chlorophyll reached the highest level. CO2 aeration stimulates S. platensis as a CO2 biodegradator, biodiesel as well as a biopigmenmaterial candidates.

Keywords: CO2, total lipid, protein, reducing sugar, phycocyanin, chlorophyll, Spirulina platensis






 ----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Penambahan unsur karbon dengan aerasi CO2 serta pengaruhnya terhadap kadar lipid total, protein, gula reduksi, pigmen fikosianin dan klorofil
pada kulturSpirulina platensis

Puji Norbawa, Nurul Mafrihah, Syarif Hidayatullah dan Ervia Yudiati*)
*) Marine Station Teluk Awur Jepara, Jurusan Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro, Semarang
Email: eyudiati@gmail.com

Peningkatan emisi CO2 di atmosfer diduga menjadi penyebab utama terjadinya global warming. Mikroalga sebagai produsen primer memerlukan CO2 dalam jumlah besar dalam proses fotosintesanya, sehingga berpotensi besar mampu menyerap dan mensintesis unsure karbon. Sintesis karbon pada mikroalga Spirulina platensis dengan penambahan aerasi CO2 akan mempengaruhi kandungan total lipid, protein, atau karbohidrat. Kandungan pigmen fikosianin dan klorofil juga akan berbeda. Penelitian ini menggunakan masing-masing 10 liter kultur murni S. platensis yang diperkaya dengan media Walne. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental laboratoris dengan 4 perlakuan yaitu aerasi CO2 selama 10 menit, 20 menit, 30 menit, dan 40 menit, serta Kontrol (tanp aaerasi). Pengulangan dilakukan sebanyak tiga kali. Penghitungan kepadatan sel dilakukan setiap hari. Pada fase eksponensial akhir, dilakukan pemanenan dan dilakukan analisis total lipid, protein, gula reduksi, dan pigmen (fikosianin dan klorofil). Data dianalisis secara deskriptif. Hasil pada perlakuan aerasi CO2 tinggi menunjukkan bahwa terjadi penurunan kadar protein dan pigmenf ikosianin serta peningkatan kadar total lipid. Sedangkan kadar gula reduksi serta klorofil tertinggi. Mikroalga S. platensis berpotensi sebagai biodegradator CO2 sekaligus sumber bahan sebagai kandidat biopigmen dan biodiesel.

Kata kunci: CO2, lipid total, protein, gula reduksi, fikosianin, klorofil, Spirulina platensis



PENDAHULUAN
Spirulina platensis merupakan jenis alga hijau biru dengan sel tunggal yang termasuk dalam kelas Cyanophiceae dengan suku Oscilatoriaceae yang selama ini digunakan sebagai nutraceutical dan biopigmen  (Bermejo et al, 2008, Yudiati et al, 2011).S. platensisjuga berperan sebagai produsen primer dalam ekosistem perairan. Mata et al., (2010) mengatakan bahwa mikroalga dapat tumbuhwalaupun pada kondisi yang sulit. Dalam perkembangannya,kemampuan fotosintesis mikroalga digunakan sebagai degradator karbondioksida sehingga dapat mengurangi efek global warming (Chiu, 2008). Selain itu, mikroalga juga berpotensi sebagai sumber bahan makanan (Andersen, 1995), sumber bahan bakar terbarukan (Chisti, 2007), serta sumber senyawa aktif dalam bidang farmakologi (Chang et al., 1993).
Biomassa S. platensis mengandung lipid, karbohidrat, protein dan pigmen (Spolaore et al., 2006). Penambahan karbondioksida dalam kultur S. platensis diharapkan dapat meningkatkan komposisi bahan-bahan tersebut sehingga layak untuk dikembangkan sebagai industri energi terbarukan dan industri nutraceutical. Chisti (2007) juga mengatakan bahwa aerasikarbondioksida akan memacu proses fotosintesis pada reaksi Calvin. Laju fotosintesis pada mikroalga yang diberi aerasi dengan karbondioksida  akan memacu sintesis karbohidrat. Proses biosintesis lipid pada mikroalga membutuhkan energi yang besar, diawali dengan proses pembentukan karbohidrat kemudian dilanjutkan dengan akumulasi lipid (Ahmad et al., 2011).
Penambahan karbondioksida juga diharapkan mampu meningkatkan protein dan pigmen pada Spirulina platensis. Sanchezet al., (2012) menjelaskan bahwa Spirulina sp dianggap sebagai antioksidan yang baik, hal itu disebabkan karena Spirulina sp banyak mengandung klorofil dan fikosianin yang dapat mengikat radikal bebas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui  S. platensis dalam memanfaatkan karbondioksida serta potensinya sebagai energi terbarukan ramah lingkungan dan sumber nutraceutical.

METODE
Kultur Spirulina Platensis
            Stok  Spirulina platensis diperoleh dari Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau (BBPBAP)Situbondo. Kultur  dilakukan dengan cara menambahkan 3L stok murni (1/3 bagian) ke dalam media air laut dengan salinitas 15 ppt sebanyak 6L (2/3 bagian). Selanjutnya ditambahkan pupuk Walne 10 ml (dosis 1ml/L). Kultur Spirulina platensis dilakukan sehingga menghasilkan 15 wadah masing – maing sebanyak 9 L. Selanjutnya kultur Spirulina platensis dinkubasi dalam suhu 17-20oC dan pencahayaan (2750 lux selama 24 jam/hari).

Aerasi Karbondioksida
Aerasi karbondioksida dilakukan setiap hari pada pagi hari hingga waktu panen. Empat Perlakukan yang diaplikasikan adalah waktu  aerasi CO2 berbeda yaitu 10, 20, 30 dan 40 menit serta tanpa aerasisebagai kontrol. Setelah dilakukan aerasi karbondioksida kemudian dilakukan penghitungan CO2 terlarut dengan metode titrasi. Konsentrasi karbondioksida (CO2) terlarut dihitung dengan menggunakan rumus APHA (1978):

Analisa Total Lipid
Ekstraksi lipid yang akan dilakukan merupakan modifikasi dari metode Bligh and Dyer (1965). Biomassa kering S. platensis sebanyak 1 g dimaserasi menggunakan metanol. Maserasi dilakukan pada suhu 400 celcius selama 2 jam. Perlakuan secara mekanik ditambahkan dengan melakukan stirring menggunakan pengaduk magnetik. Kemudian ditambahkan n-hexan dengan volume yang sama. Selanjutnya dilakukan pemisahan fraksi metanol dan n- heksan zdengan menggunakan corong pisah. Setelah di dapatkan fraksi n – heksan dilakukan proses evaporasi pelarut menggunanakan oven dengan suhu 110oC dan ditimbang sehingga didapatkan kadar total lipid.

Analisa Gula Reduksi
            Ekstraksi gula reduksi menggunakan metode Nelson – Somogyi’s. Sebanyak 100 mg alga dilarutkandalam etanol 80%, dimasukkan kedalam tabung reaksi dan divortex. Selanjutnya supernatant dievaporasi di waterbath pada suhu 80oC sampai etanol menguap semua.
Selanjutnya pengukuran gula reduksi dengan menggunakan metode Dinitrosalicylic acid (Metode DNS). Aquades ditambahkan pada sampel, dipipet sebagian lalu ditambahkan dengan  reagen DNS  dengan volmue yang sama kedalam tabung reaksi. Tabung reaksi tersebut kemudian ditempatkan dalam penangas air 100oC selama 5 menit dan tambahkan 1 ml potassium sodium tartrat 40%  dan didinginkan pada suhu ruangan. Selanjutnya dilakukan pengukuran absorbansi pada panjang gelombang 510 nm. Penghitungan kadar gula reduksi dengan menggunakan grafik standar

Analisa Protein
            Metode analisa kadar protein S. platensis dengan menggunakan metode mikro Kjeldahl.

Analisa Klorofil dan Fikosianin
            Preparasi sampel dilakukan dengan cara melarutkan 10 mg sampel S. platensis pada 10 mL aquades untuk analisa fikosianin dan 10 mL aseton untuk analisa klorofil-a. Selanjutnya, sampel divortex. Kemudian disentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 30 menit. Selanjutnya dipisahkan antara ekstrak dan pelarut. Ekstrak fikosianin  dibaca padaspektrometer dengan panjang gelombang 475, 615 dan 652 nm. Sedangkan klorofil-a dibaca pada panjang gelombang 665, 645 dan 630 nm Perhitungan fikosianin dan klorofil-a menggunakan rumus:

1. Fikosianin
                       

(Siegelman dan Kycia, 1978)



2. Klorofil-a =  15,5 A665 – 2 A645- 0,8 A630

(Richards dan Thompson, 1952)


HASIL DAN PEMBAHASAN
Total Lipid, Gula Reduksi dan Protein
Pemberian aerasi karbondioksida pada kultur S. platensis memberikan pengaruh terhadap produksi total lipid dan gula reduksi. Pemberian aerasi karbondioksida pada kultur S. platensis menyebabkan penurunan kadar total lipid. Produksi total lipid pada kontrol, perlakuan pemberian aerasi CO2selama 10, 20, 30 dan 40 menit masing – masing 9,2; 4,66; 2,93; 2,93; 1,6 dan 5,73 %-dw.


Gambar 1. Kadar total lipid dengan perbedaan waktu aerasi karbondioksida

            Pemberian aerasi CO2 selama 30 menunjukkan produksi total lipid terendah (1,6%-dw). Namun pada pemberian aerasi CO2 selama 40 menit kembali terjadi peningkatan produksi kadar total lipid yaitu sebesar 5,73 %-dw. Hasil penelitian Norbawa et al., (2012) juga menyatakan bahwa pemberian aerasi CO2 selama 3 menit pada kultur Nannochloropsis oculata mengalami penurunan drastis hingga mencapai kadar lipid terendah dibandingkan perlakuan lain, sedangkan aerasi CO2 selama 4 menit justru meningkatkan kadar lipid hingga mencapai maksimal. Pola serupa juga ditunjukkan pada hasil penelitian Jawaet al., (2012) yang menunjukkan bahwa aerasi CO2 selama 4 menit pada kultur Chlorella vulgaris menyebabkan penurunan produksi total lipid hingga mencapai nilai terendah dibanding perlakuan lain, sedangkan aerasi CO2 selama 6 menit meningkatkan kadar total lipid hingga mencapai nilai maksimal.
Pemberian aerasi CO2yang berbeda pada kultur S. platensis juga berpengaruh terhadap kadar gula reduksi yang dihasilkan pada perlakuan kontrol, 10, 20, 30 dan 40 menit yaitu 119,67; 87,67; 70,33; 65,33 dan 133,50 ppm.

Gambar 2. Kadar gula reduksi dengan waktu aerasi karbondioksida yang berbeda

Pengaruh aerasi karbondioksida pada S. platensis terhadap kadar gula reduksi mempunyai pola yang sama dengan kadar total lipid. Penurunan terjadi secara bertahap hingga pada aerasi selama 30 menit menghasilkan kadar gula reduksi terendah (65,33 ppm). Namun pada aerasi selama 40 menit terjadi peningkatan hingga menghasilkan kadar gula reduksi tertinggi (133,50 ppm). Persamaan pola antara produksi total lipid dan gula reduksi disebabkan karena persamaan jalur sintesis antara lipid dan gula reduksi. Champbell et al., (2010) menjelaskan bahwa hasil akhir proses fotosintesis adalah gula sederhana yang akan diubah menjadi gula lain yang lebih kompleks. Energi yang dihasilkan pada proses fotosintesis mikroalga dapat digunakan sebagai pertumbuhan, cadangan makanan atau untuk mempertahankan diri saat terjadi tekanan pada lingkungan (Khoo et al., 2011). Penurunan kadar total lipid dan gula reduksi pada S. platensis disebabkan karena hasil fotosintesis digunakan untuk memproduksi protein.
Penurunan yang terjadi pada kadar total lipid dan gula reduksi disebabkan karena energi hasil fotosintesis S. platensis dikonversi dalam bentuk protein. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa produksi kadar total lipid dan gula reduksi berbanding terbalik dengan produksi protein, klorofil dan fikosianin.

Gambar 3. Kadar protein denganwaktu aerasi karbondioksida yang berbeda


Bellou dan Aggelis (2013) menjelaskan bahwa saat kualitas air menunjang untuk pertumbuhan mikroalga serta masih tersedia nitrogen dalam media, mikroalga akan mensintesis protein yang digunakan untuk proses pembelahan sel. Namun saat nitrogen dalam media kultur sudah habis mikroalga lebih banyak mengakumulasi hasil fotosintesis dalam bentuk lipid. Widianingsih et al., (2011) menjelaskan bahwa semakin kecil konsentrasi fosfat dan nitrat yang diberikan pada kultur N. oculata maka total lipid yang dihasilkan semakin besar. Jumlah fosfat dan nitrat yang besar dalam media kultur menyebabkan  N. oculata lebih banyak memproduksi protein (Hu dan Gao, 2006). Ogbanda et al., (2006) menjelaskan bahwa Spirulina sp dapat memproduksi protein maksimal pada pH 9 dan suhu 30oC. Pada penelitian ini Spirulina platensis menghasilkan protein secara maksimal pada pemberian aerasi CO2 selama 10 menit.

Fikosianin dan Klorofil – a
            Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa produksi fikosianin berbanding terbalik dengan klorofil. Sementara kadar fikosianin berbanding lurus dengan kadar protein. Fikosianin adalah pigmen berbasis protein. Pada perlakukan pemberian aerasi CO2 selama 20  menit produksi fikosianin menunjukkan nilai tertinggi yaitu 182, 6 ppm. Selanjutnya pada aerasi 30 dan 40 menit kadar fikosianin S. platensis menunjukkan penurunan yaitu 116,4 dam 103,8 ppm.

Gambar 4. Kadar Fikosianin dengan perbedaan waktu aerasi karbondioksida


Gambar 5. Kadar Klorofil - a dengan waktu aerasi karbondioksida berbeda

Hasil ini sama dengan penelitian Madhyastha dan Vatsala (2007) menjelaskan bahwa pada warna cahaya yang berbeda produksi klorofil dan fikosianin pada Spirulina fussiformis berbanding terbalik. Pemberian cahaya terang seperti cahaya putih dan biru pada kultur Spirulina sp dapat meningkatkan kadar klorofil  (Madhyastha dan Vatsala, 2007;Eloranta, 1986). Sedangkan pemberian cahaya panjang gelombang rendah seperti cahaya merah, kuning dan hijau dapat meningkatkan kadar fikosianin  Spirulina fussiformis (Madhyastha dan Vatsala, 2007). Fikosianin pada S. platensis merupakan antioksidan ade kuat dengan potensi antitumor yang baik (Yudiatiet al, 2011) dengan stabilitas yang baik apabila dilakukan dengan teknik pasca panenyang tepat (YudiatidanFariha, 2012)
Cahaya dan karbondioksida erat hubungannya dengan proses fotosintesis. Hasil penelitian ini menunjukkan semakin banyak penambahan unsur karbon dari aerasi CO2 dapat meningkatkan produksi klorofil. Penambahan CO2 pada kultur S. platensis akan memacu fiksasi karbon saat reaksi gelap berlangsung sehingga meningkatkan kinerja enzim rubisco pada sel mikroalga (Zeng et al., 2012). Kondisi meningkatnya proses fiksasi karbon pada reaksi gelap ini yang meyebabkan miningkatnya kadar klorofil pada S. platensis.

KESIMPULAN
Penambahan unsur karbon dengan waktu aerasi karbondioksida yang tertinggi pada kultur S. platensis efektif untuk meningkatkan kadar protein dan klorofil. Sedangkan waktu aerasi karbondioksida sedang sampai tinggi akan efektif untuk meningkatkan lipid, gula reduksi dan fikosianin. Sehingga penambahan aerasi karbondioksida yang tepatpada kultur S. platensis dapat digunakan untuk pengembangan industri biopigmen sekaligbiodiesel.

UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terimakasih saya sampaikan kepada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro yang telah memberikan dana hibah penelitian melalui DIPA dengan surat perjanjian nomer: 0596/023-04.2.16/13/2012. Selain itu terimakasih juga saya sampaikan kepada Ir. Sri Sedjati, M.Sc., Ir. Ali Djunaedi, M.Phil. dan Drs. Ali Ridho, M.Si. atas kerja samanya. Ketua Pengelola Marine Station Teluk Awur Jepara, Sdr. Kukuh Sutriyoga dan Sdr. Sihir yang telah banyak membantu secara teknis dalam pelaksanaan penelitian.




DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, A.L., Yasin, N.H.M., Derek, C.J.C., Lim, J.K., 2011. Microalgae as a sustainable 754 energy source for biodiesel production: a review. Renewable and Sustainable 755 Energy Reviews 15, 584–593. 756
Andersen, S. 1995. Microencapsulated marine omega-3 fatty acids for use in the food industry. Food Tech Euro 1: 104 – 105
Bellou, S. and G. Aggelis. 2013. Biochemical activities in Chlorella sp. and Nannochloropsis salina during lipid and sugar synthesis in a lab-scale open pond simulating reactor. J. Biotechnol.1:1-12
Bermejo-Bescos, P., Pinero-Estrada, E., & Villar del Fresno, A. M. (2008). Neuroprotection by Spirulina platensis protein extract and phycocyanin against iron-induced toxicity in SH-SY5Y neuroblastoma cells. Toxicology In Vitro, 22, 1496–1502.
Bligh, E.G. and W.J. Dryer. 1959. A rapid method of total lipid extraction and purification. Can.J.Biochem.Pysiol., 37:911-917
Campbell, N.A., J.B. Reece, dan L.G. Mitchell. 2002. Biologi Edisi kelima Jilid 1. Lestari R, Adil EIM, Anita N, penerjemah. Jakarta: Erlangga. Hal 63-76.
Chang, E.H., Yang, S.S., 2003. Some characteristics of microalgae isolated in Taiwan for biofixation of carbon dioxide. Bot. Bul. Acad. Sin. 44, 43–52.
Chisti,Y. 2007. Biodisel from Microalgae. Institute of Techonolgy and Engineering, Massey University. Biotechnology Advances 25 (2007) 294–306.
Chiu, S.Y, Kao, C.Y. Tsai, M.T. Ong, S.C, Chen C.H, and Lin, C.S. 2009. Lipid Accumulation and CO2 Utilization of Nannochloroposis oculata to CO2Aeration. Biosource Technology 100:833-838
Eloranta, P., 1986. Paper chromatography as a method of phytoplanktoncommunity analysis. Ann. Bot. Fennici. 23, 53–159.
Jawa, .I.U., P. Norbawa, E. Yudiati dan A. Ridlo. 2012. Optimalisasi Kandungan Total Lipid Chlorella vulgaris dengan Aerasi CO2. Prosiding Seminar Nasional Rumput Laut dan Mikroalgae
Khoo HH, Sharratt PN, Das P, Balasubramanian RK, Naraharisetti PK, Shaik S. 2011. Life cycle energy and CO2 analysis of microalgae to biodisel: Preliminary results and comparisons. Bioresource Tech. 102:5800- 5807.
Madhyastha, H.K.  and T.M. Vatsala. 2007.Pigment production in Spirulina fussiformis in different photophysical conditions. Biomolecular Engineering 24: 301–305
Mata, T.M.. A.A Martins dan N.S Caetona. 2010. Microalgae for Biodisel Production and Other Applications : A Review. Renewable andSustainable Energy Reviews. 14: 217-232
Norbawa .P, E. Yudiati dan A. Okfan. 2012. Kajian Penambahan Karbondioksida (CO2) sebagai Optimasi Produksi Total Lipid pada Mikroalga Nannochloropsis oculata. Prosiding Bioteknologi Kelautan 2012
Ogbonda, K.H., R.E. Aminigo, G.O. Abu. 2006. Influence of temperature and pH on biomass production andprotein biosynthesis in a putative Spirulina sp. J. Biotechnol 98 : 2207–2211
Richards, F.A. and T.G. Thompson. 1952.The estimation and characterization ofplankton populations by pigmentanalysis II. A spectrophotometricmethod for estimation of planktonpigments. Journ. Mar. Res. 11 : 156-172.
Sánchez,R.R, R.O. Butrón, V. Blas-Valdivia, A.H. García, E. Cano-Europa. 2012. Phycobiliproteins or C-phycocyanin of Arthrospira (Spirulina) maxima protect against HgCl2-caused oxidative stress and renal damage. Food Chemistry 135 (2012) 2359–2365
Siegelman HW, Kycia JH. Algal biliproteins. In: Hellebust JA,Craigie JS, editors. Handbook of phycological methods,physiological and biochemical methods. CambridgeUniversity Press, Cambridge Press; 1978. p. 72e80.
Spolaore, P., Joannis-Cassan, C., Duran, E. and Isambert, A., 2006,Commercial applications of microalgae: a review. J. Biosci.Bioeng., 101: 87–96.
Widianingsih, R. Hartati, H. Endrawati, E. Yudiati, V.R. Iriani. 2011. Pengaruh Pengurangan Konsentrasi Nutrien Fosfat dan Nitrat Terhadap Kandungan Lipid Total Nannochloropsis oculata. Ilmu Kelautan16 (1) 24-29
Yudiati, E, Sedjati, S, Sunarsih, R. Agustian. 2011. Aktivitas Antioksidan dan Toksisitas Ekstrak Pigmen pada Spirulina sp. Indonesian Journal of Marine Sciences Volume 16. No. 4 Desember 2011. Pp. 187-192
Yudiati, E. Agustian R,  dan S. Fariha. 2012. Uji Toksisitas Ekstrak Polar dan Non Polar Pigmen Kasar Spirulina platensis. Prosiding Seminar Nasional “Aplikasi Pemanfaatan RumputLaut dan Bahan Hayati Laut di Bidang Pangan dan Energi”. Semarang, 15 Desember 2012.
Yudiati, E dan S. Fariha. 2012. Konsentrasi dan Uji Stabilitas Ekstrak Kasar Fikobiliprotein Mikroalga Spirulina platensis pada Suhu Inkubasi Berbeda. Prosiding
          Seminar Nasional Bioteknologi. Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat.Universitas Diponegoro. 6 Oktober 2012.




0 comment:

Posting Komentar

 
TOP