Loading...
3 Jan 2015

Spirayoghurta : Yoghurt Spirulina Kaya Nutrisi

           Spirulina merupakan mikroalga yang tersebar secara luas, sehingga dapat ditemukan di berbagai tipe lingkungan, baik di perairan payau, laut, dan tawar. Spirulina merupakan mikroalga yang berwarna hijau kebiruan dengan ciri-ciri morfologi yang berbentuk benang atau filamen dengan sel berpilin yang berbentuk seperti spiral (Tomaselli, 1997 dalam Santosa, 2010).
            Spirulina sp. merupakan salah satu jenis mikroalga yang banyak digunakan sebagai bahan baku industri karena memiliki kandungan nutrisi seperti protein, asam lemak, vitamin, dan antioksidan yang tinggi. Selain digunakan dalam dunia industri, Spirulina sp. juga dapat dikonsumsi langsung oleh manusia seperti yang dilakukan oleh penduduk di sekitar Danau Chad, Republik Chad, Afrika dan di sekitar Danau Texcoco, Meksiko yang menjadikannya sebagai suplemen bergizi tinggi maupun sebagai bahan baku makanan tradisional (Belay, 2008). Kandungan nutrisi Spirulina yang lengkap dan berimbang telah dimanfaatkan secara optimal di beberapa negara untuk mengatasi berbagai kasus gizi buruk dan gizi kurang.


            Spirulina memiliki keunggulan dibandingkan jenis bahan pangan lainnya yaitu mengandung protein 60-70% dari bobot keringnya. Sementara menurut Herikson (1989) dalam Diharmi (2001), protein yang dikandungnya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan sumber pangan seperti daging dan ikan (15-25%), kedele (35%), kacang-kacangan (25%), telur (12%), biji-bijian (8-14%), dan susu pada umumnya (3%). Belay et al, (1996) menyatakan bahwa selain mengandung protein yang cukup tinggi, Spirulina juga mengandung asam lemak essensial terutama GLA-gamma acid, polisakarida, pikobiliprotein, karotenoid, vitamin terutama vitamin B12, dan mineral. Kandungan mineral dan vitamin yang terdapat dalam Spirullina adalah kalium (15.400mg/kg), kalsium (1.315 mg/kg), seng (39 mg/kg), magnesium (1.915 mg/kg), mangan (25 mg/kg), besi (580 mg/kg), selenium (0,40 ppm), dan fosfor (8.942 mg/kg), serta vitamin A, B1, B2, dan B3. Kandungan nutrisi Spirulina dari beberapa riset yang telah dilakukan yakni protein sebesar 55-70%, lemak sebesar 6-8%, karbohidrat sebesar 15-25%, mineral sebesar 7-13% dan serat sebesar 8-10%. (Belay dan Handayani, 2003)
            Selain kandungan nutrisi yang lengkap, Spirulina memiliki kelebihan lain yaitu biaya lingkungan yang murah. Ditinjau dari segi lahan yang dibutuhkan, Spirulina hanya membutuhkan 0,6 m2 lahan tidak subur untuk memproduksi satu kilogram protein. Luas lahan tersebut jauh lebih rendah dibandingkan dengan produksi satu kilogram protein dari  kedelai, jagung dan daging yang membutuhkan lahan subur dengan luas masing-masing 16 m2, 22 m2, dan 190 m2 Ditinjau dari segi air yang dibutuhkan Spirulina hanya membutuhkan 2100 liter air payau untuk memproduksi satu kilogram protein. Jumlah air tersebut jauh lebih rendah dibandingkan dengan produksi satu kilogram protein kedelai, jagung dan daging yang membutuhkan air bersih dengan jumlah masing-masing 9.000 liter, 12.500 liter, dan 105.000 liter. (Henrikson, 2009)
          Indonesia merupakan negara yang terletak di daerah lintang tropis dengan suhu yang relatif tinggi pada kisaran 21-32oC dan intensitas cahaya matahari yang relatif merata dan tersedia sepanjang tahun. Kondisi tersebut mendukung pertumbuhan Spirulina, baik Spirulina platensis (spesies air laut) maupun Spirulina fusiformis (spesies air tawar). Dengan demikian, potensi budidaya Spirulina sebagai produk akuakultur di Indonesia dapat dikatakan sangat tinggi. Pada tahun 2010, Spirulina platensis telah berhasil dibudidayakan dalam skala masal (kolam) di perairan Teluk Awur jepara dan telah berhasil dikembangkan untuk food grade yang sangat aman dikonsumsi oleh manusia. Produktivitas tercatat cukup tinggi maksimal mencapai 7 kg/kolam ukuran 100 m2 setiap bulan.
            Berdasarkan data di atas spirulina sangat potensial sebagai bahan ekstrak pengolahan youghurt (Spirayoghurta) yakni nutrient drink untuk suplemen ibu hamil.  Dalam hal pemanfataannya menjadi bahan tambahan untuk youghurt, membutuhkan beberapa tahap yaitu pembuatan youghurt yang meliputi perendaman susu (towhing), Pasteurisasi (pemanasan susu), Pencampuran bakteri dengan susu , Inkubasi , dan ekstraksi.
            Tahap pertama yang dilakukan adalah persiapan. Tahap ini meliputi pengadaan peralatan berupa alat-alat produksi dan bahan baku berupa susu dan Spirulina. Selanjutnya yaitu pembuatan youghurt yang diawali dengan perendaman susu segar beku. Susu beku direndam dalam bak dengan air mengalir sampai cair  selama 1,5 – 2 jam sampai cair, perendaman tidak boleh lebih dari 3 jam  karena akan mengakibatkan susu rusak . Kemudian pembukaan kemasan susu dengan memastikan kondisi susu tidak menggumpal. Sebelum dipanaskan tes susu tersebut dengan alkohol dengan perbandingan 1 : 1 cc . Saring susu dengan saringan teh yang bersih. Langkah selanjutnya yaitu pasteurisasi (pemanasan susu). Cara memanaskannya sama dengan diatas, setelah mencapai 80 derajat dinginkan sampai susu susu turun menjadi 40 derajat. Siapkan 2 jenis bakteri, yaitu bakteri Lactobacillus bulgaricus dan Strephtillus thermopillus. Langkah selanjutnya yaitu Inkubasi. Pencampuran susu dimasukkan ke dalam wadah inkubator dengan lampu listrik 25 watt selama 4 jam. Kemudian simpan youghurt dalam lemari pendingin hingga membeku. Selanjutnya yaitu ekstraksi. Pada spirulina ini dilakukan ekstraksi dengan menggunakkan metode maserasi menggunakkan ethanol (perendaman dengan ethanol) yang selanjutnya hasil ekstraksi dimasukkan dalam rotavapor.
Penambahan Ekstrak Spirulinan dan Formula Yoghurt

            Setelah proses pembuatan yoghurt telah usai selanjutnya dilakukan proses penambahan spirulina, hal ini dilakukan pada tahap akhir supaya tidak merusak bakteri yang ada di dalam yoghurt.  Spirulina yang dijadikan bahan tambahannya merupakan jenis spirulina yang sudah kering dimana spirulina kering ini didapatkan dari hasil rotavapor kemudian dijemur dalam sebuah media seperti loyang dalam sebuah ruangan tertutup bersuhu 17° sampai spirulina tersebut akan mengering dengan sendirinya. Setelah itu proses penambahan dilakukan dengan menggunakkan perbandingan berat antara yoghurt dan spirulina kering 1 gr : 1 mg, artinya  pada setiap 1gr yoghurt akan ditambahkan 1mg spirulina kering. Selanjutnya tinggal dilanjutkan tahap pengemasan produk jadi.
            Dengan memperhatikan kebermanfaatan dari spirulina serta keserhanaannya dalam mengolahnya maka perlu diupayakan untuk mencegah terjadinya peningkatan kematian ibu yang disebabkan oleh anemia zat besi. Penerapan spirulina sebagai bahan ekstrak youghurt sebagai nutrient drink menjadi pilihan yang harus dipertimbangkan.
            Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa Indonesia mempunyai peluang yang cukup besar untuk pengembangan nutrient drink berupa Spirayoghurta. Dengan adanya pengembangan youghurt spirulina ini selain dapat membantu pemerintah terhadap tujuan pembangunan millenium (MDGs) yaitu meningkatkan kesehatan ibu dimana target pada tahun 2015 yakni mengurangi sampai ¾ resiko jumlah kematian ibu, juga dapat membantu pemerintah dari segi ekonomi. Jika pemerintah mampu mendatangkan investor yang dapat mendistribusikan spirayoghurta ini keluar negeri maka dengan sendirinya perekonomian indonesia akan terangkat.
            Namun, prospek pengembangan youghurt spirulina ini tidak akan berjalan dengan baik jika beberapa pihak yang terkait tidak memberikan dukungan yang maksimal terhadap pengembangan spirayoghurta ini. Pihak–pihak yang terkait tersebut antara lain pemerintah terutama Departemen Kesehatan, Departemen Perikanan dan Ilmu Kelautan, Departemen Pangan dan Gizi. Disamping itu peran dari masyarakat, akademisi dan Investor juga di perlukan.
            Berdasarkan tahapan-tahapan tersebut dalam pengolahan spirulina ini maka pihak yang sangat terkait dalam proyek ini adalah masyarakat. Dari data statistik menunjukkan bahwa dua pertiga wilayah Indonesia terdiri dari perairan, maka hal ini akan mendorong masyarakat dalam usaha pengembangbiakan mikroalga. Terutama masyarakat yang berada di dekat perairan yang mata pencaharian sebagai nelayan. Realita yang ada menunjukkan bahwa perekonomian para nelayan tidaklah menentu. Oleh karena itu peran masyarakat di sini adalah sebagai pembudidaya mikroalga berupa spirulina. Dengan budidaya spirulina yang mereka kembangkan di harapkan mereka dapat memanen spirulina dan dapat menjual hasil panen mereka ke perusahaan yang bergerak dalam pengolahan spirulina. Hal ini di sebakan karena peralatan yang di gunakan memerlukan biaya yang cukup mahal. Proyek ini dapat di jadikan sebagai alternatif sumber penghidupan perekonomian mereka.
            Dalam hal ini para Investor dan akademisi juga memegang peranan penting. Proses pasteurisasi, inkubasi, dan ekstraksi tidak akan bisa berlangsung jika peralatan yang digunakan dalam proses ini tidak ada. Padahal dana yang dibutuhkan cukup besar untuk mendatangkan peralatan ini. Oleh karena itu, dibutuhkan para investor yang mau menanamkan modalnya dalam bidang ini. Peranan akademisi di sini diperlukan dalam melakukan riset yang dapat mengetahui proses ekstraksi spirulina yang lebih efektif.
            Berdasarkan posisi peranan yang ada, maka tidak akan berjalan dengan baik jika dari pihak pemerintah sendiri tidak memberikan dukungan yang maksimal. Oleh karena itu kita juga membutuhkan bantuan dari pihak pemerintah yaitu dari pihak Departemen Perikanan dan Ilmu Kelautan dalam implementasi pembiakan spirulina dengan membantu penyuluhan kepada masyarakat tentang potensi pembiakan spirulina dan memberikan penyuluhan tentang spirulina yang dapat di gunakan sebagai bahan ekstrak pengolahan youghurt.
            Apabila semua pihak yang terkait tersebut berjalan sesuai dengan proporsinya maka sebuah sumbangan besar bagi negara ini dalam peran aktifnya meningkatkan kesehatan ibu dan juga peningkatan ekonomi. Hal ini di karenakan kita dapat mendatang seorang investor yang mampu menyalurkan produk ini keluar negeri. Sehingga di harapkan proyek ini dapat membantu meningkatkan perekonomian di Indonesia.

Pemberdayaan Masyarakat dalam Pemanfaatan Spirulina sebagai Bahan Ekstrak Youghurt
            Pemberdayaan adalah suatu proses yang berjalan terus-menerus untuk meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat dalam meningkatkan taraf hidupnya (Badan Pemberdayaan Masyarakat Daerah Jawa Barat, 2006).

            Model pemberdayan masyarakat yang dapat dilakukan dalam hal ini melalui pendampingan oleh petugas dari Departemen Perikanan dan Kelautan. Masyarakat yang berada di daerah perairan terutama yang bermata pencaharian sebagai nelayan dapat melakukan budidaya spirulina yang setiap minggunya diawasi oleh petugas yang ada untuk memantau pembudidayan yang ada sehingga dapat dihasilkan spirulina yang optimal. Dengan model seperti ini diharapkan masyarakat dapat mandiri secara finansial. Di samping itu dengan adanya teknik pembudidayan dan pengolahan yang tidak memerlukan biaya yang besar dan mudah untuk diterapkan dalam kehidupan masyarakat dengan ekonomi yamg menengah ke bawah.

0 comment:

Posting Komentar

 
TOP